Banyak orang yang telah bekerja keras namun merasa belum mendapatkan apa-apa. Rezeki yang diperoleh sepertinya hanya seperti angin lalu. Singgah sesaat lalu pergi lagi. Ia tak merasakan kemanfaatan apa-apa dari rezeki yang diperolehnya itu. Uang yang ada di tangan hanya cukup digunakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan minimum. Selebihnya tak ada yang tersisa. Jangankan untuk menabung, untuk makan esok hari saja selalu pusing memikirkannya.
Ada juga orang yang telah mengatur anggaran sebaik mungkin serta melakukan penghematan dari sisi pengeluaran. Dengan hidup sedikit pelit ia pun bisa menabung. Sialnya, setiap kali tabungan sudah sedikit bernilai, selalu ada pengeluaran yang tak terduga, misalkan saja ada anaknya yang mendadak sakit dan membutuhkan biaya tinggi. Kadang, salah satu keluarga mengalami kecelakaan yang juga membutuhkan biaya tinggi. Pokoknya, ada saja pengeluaran tak terduga yang terpaksa harus menghabiskan uang yang sudah susah payah ditabungkan.
Dalam kasus lain, ada juga orang yang telah berpenghasilan relatif tinggi dan hidup serba kecukupan. Meskipun demikian, batinnya tak pernah merasa tentram, selalu gelisah. Tidurnya pun tak pernah nyenyak. Pikirannya selalu dipacu, seperti takut kehilangan jabatan atau takut tak mendapat peluang bisnis esok hari.
Beberapa contoh di atas merupakan gambaran nyata dari romantika kehidupan manusia dalam hubungannya dengan masalah kerezekian. Rezeki, sesungguhnya tak semata-mata dihitung dari besar kecilnya jumlah, tapi lebih kepada nilai kemanfaatannya dan keberkahannya. Karena itu kiranya sangat penting untuk menjalankan petunjuk-petunjuk Ilahiyah dalam kita berupaya mencari rezeki. Maksudnya, tak lain dan tak bukan agar rezeki yang kita peroleh bisa mencukupi kebutuhan kita dan bisa berkah dalam pemanfaatannya.
Memang dalam mencari rezeki selain dibutuhkan usaha-usaha lahir berupa bekerja dengan tekun, juga perlu dibarengi dengan usaha-usaha batin sebagai ikhtiar agar hajat kita cepat tercapai dan diberi keridhoan oleh Allah. Dengan adanya usaha batin juga diharapkan akan dapat mempercepat kesuksesan yang akan kita capai, serta dapat menghilangkan sangkal-sangkal rezeki yang menghalangi kemajuan-kemajuan kita. Manusia itu seperti ban mobil, dia akan bisa bekerja optimal apabila antara yang dalam dan yang luar bisa menyatu dan saling mengisi. Maka doa harus diimbangi usaha dan usaha pun harus diimbangi doa.
Berikut kami ijazahkan amalan (doa) ampuh untuk membuka pintu-pintu rezeki, amalkan setiap hari, waktunya bebas :
أسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ (×١٠٠)
صَلَّى اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدْ (×١٠٠)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ (×١٠٠)
ﻻ ﺇﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ، ﻟَﻪُ ﺍﻟﻤُﻠْﻚُ ﻭَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺤَﻤْﺪُ ﻭَ ﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ (×١٠٠)
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَ يَسِّرْ لِي أَمْرِي (×١٠٠) فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا (×١)
“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku. Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
Dan Ayat Qur'an di bawah ini dibaca 7 kali setiap ba’da shalat fardhu :
وَ مَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَ مَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Talaq 2-3)
Syarat: rajin shalat, jangan maksiat,
jangan melekat, jangan berbuat jahat, rajin sedekah terutama di hari Jum’at.